Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terhadap Kemiskinan
lmu
adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, dapat disimpulkan bahwa
ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang
menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia
melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun
tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Sedangkan
ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan
mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya
supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu:
fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan lazim digunakan dalam
pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang
masing-masing punya identitas sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada
keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara
teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin. Menurut Imanuel Kant pengehuan merupakan persatuan antara
budi dan pengalaman. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan
diperoleh sumber-sumber pengetahuan
berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi,
pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk
mencapai pengetahuan yang pasti.
Dalam
konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah
dikatakan bahwa pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu
seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses
produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja
dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara
konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas
juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the
social technology of development) sehingga teknologi itu adalah merode
sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi
memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964)
tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul
istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk
memperoleh hasilnya, melainkan totalitas
metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk
memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi
teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh
hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Teknologi yang
berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya
bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
- Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi.
- Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer.
- Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan
lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
- Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
- Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
- Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
adat istiadat, dan Sistem
nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah.
Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok
yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah
masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan
nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat
pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran
ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
- Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll.
- Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
- Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
- Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja serabutan/bebas.
- Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Lalu apa dampak ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap kemiskinan ?
Kita bisa
membandingkan antara orang kaya dengan miskin. Orang-orang kaya biasanya
memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang miskin,
karena orang kaya menjadikan pengetahuan sebagai kebutuhan yang pertama
sedangkan orang miskin tidak demikian, sehingga orang kaya jauh bertindak lebih
baik saat bersosialisasi baik dalam lingkungannya ataupun dalam dunia kerja dan
juga orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan pastinya dalam hidupnya penuh
perhitungan dan tidak mengandalkan keberuntungan berbeda dengan orang miskin.
Orang pada tingkatan miskin ini bertindak kadang tanpa perhitungan dan juga
sangat mengandalkan keberuntungan dalam bertindak karena mereka tidak memiliki
pengetahuan yang memadai dengan tingkatan yang lebih tinggi dalam sosialisasi
sehingga mereka hanya dapat pasrah, yang diartikan bahwa mereka berusaha namun
hasilnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Selain ilmu
pengetahuan, teknologi pula mempengaruhi kemiskinan. Pengaruh teknologi ini
terjadi karena orang-orang yang memiliki teknologi yang tinggi akan mengesampingkan
orang yang tidak memiliki teknologi yang tinggi. Contohnya dalam masyarakat,
sebuah pabrik sebelumnya menjadi pabrik padat karya namun seiring kemajuan
teknologi pabrik tersebut membeli teknologi sehingga orang-orang yang bekerja sebelumnya
akan digantikan oleh teknologi yang baru, dan untuk orang-orang yang bekerja
tersebut akan diberhentikan. Ketua Umum Kadin Kementrian Perindustrian Bambang
Suryo Sulisto mengatakan "Dari data statistik diketahui bahwa pengaruh
teknologi baru dan tuntutan efisiensi kerja menyebabkan daya serap perekonomian
terhadap tenaga kerja mengalami penurunan sebesar 200.000 tenaga kerja pertahun
per 1 persen pertumbuhan ekonomi," Tentunya hal ini akan berdampak dengan
naiknya pengangguran. Pengangguran merupakan awal dari kemiskinan. Sehingga
teknologi sangat mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Dari kedua Hal
tersebut dapat kita lihat Pengaruh Ilmu Pengatahuan dan Teknologi terhadap
kemiskinan, sehingga Ilmu pengetahuan dan Teknologi merupakan dua hal yang
berbanding lurus dengan kemiskinan, karena kedua hal ini lah yang akan
menunjang kita baik dalam sosial maupun ekonomi.
Sumber
Terimakasih kembali..
ReplyDelete